LAST FOREVER
Ini adalah tulisan pertamaku yang berhasil tamat aku
tulis. Semoga kalian berkenan membaca cerita aneh ini. Mohon saran dan
kritiknya yah. ^.^
Happy reading.
BUDHAYUTZ
Cintaku Hidupku Matiku Hanya Untukmu
Terima kasih atas cinta yang telah kau beri
Cintamu adalah anugerah bagiku
Nafas untuk hidupku
Dan nyawa untuk ragaku
Keeadaanmu tak kan membuatku ragu untuk memberikan
hidupku untukmu
Karena cintaku tak hanya mencintai segala yang ada
pada dirimu
Cintaku untuk hatimu
Cintaku untuk hidupmu
Berbahagialah dengan sisa hidupmu walau ragaku tak
dapat memelukmu
Berbahagialah dengan sisa hidupmu walau bibir ini
tak kan pernah kembali menciumu
Berbahagialah dengan cintaku untukmu
Kembali aku menatap
batu yang mengukir indah namamu. Batu yang tertancap pada gundukan tanah merah.
Batu yang menjadi penanda rumah barumu. Tidurlah dengan tenang di kasur
tanahmu, tunggu aku menjemputmu ke alam keabadian, bersabarlah sayang. Cinta
ini akan mempersatukan kita kembali. Cintaku hanya untukmu.
#flashback
Langit tak urung
berhenti menangis sore ini, nampaknya langit pun mengerti akan perasaan ku ini.
Aku hanya dapat terdiam, menangis, meratapi masa depan ku yang telah lebur.
Sudah beberapa hari ini aku bolos kerja, rasanya tak ada semangat yang tersisa
dalam tubuhku untuk melanjutkan hidup.
Kini temanku hanyalah
gelas-gelas kopi dan puntung rokok. DEPRESI dan STRES, dua kata itulah yang
mungkin sedang aku alami.” Hmmm…malang benar nasib ini Tuhan” keluhku dalam
hati.
Tok…tok…tok…
“Ki, kamu didalam ki?”
samar pintu itu bersuara di iringi seseorang memanggilku di luar sana. Ku
angkat lemah kaki ini, perlahan aku membuka pintu itu, cahaya terang sedikit meyilaukan.
Mungkin karena beberapa hari ini lampu kamar memang sengaja ku matikan, jadi
mataku kaget menerima cahaya matahari. Samar mulai terlihat sosok yang membangunkan
ku dari ratapan tadi, perlahan semakin jelas, badannya tegap, dengan rambut
sedikit gondrong tapi masih tetap rapih, bibirnya tipis menggoda. Aku mengenali
sosok ini, yah dia adalah Satya, kekasihku.
“are you ok?” dengan
raut wajah cemas segera ia menerjangku dengan pertanyaan.
“yeah..im fine”, jawabku
lemas.
“trus kemana aja kamu
beberapa hari ini? Ga ada ujan, ga ada angin, ga ada kabar pula” nada suaranya kini lebih tinggi,
menandakan dia marah dengan sikap ku beberapa hari ini.
“ga kemana-mana, Cuma
lagi pengen sendiri aja”.
“and what’s going on
here??!!” pertanyaan selanjutnya yang ia lontarkan setelah melihat kamar ku
yang mirip markas mafia kelas cengek. “ kamu tuh kenapa sih? Kenapa kamu
tiba-tiba berubah gini? Lihat tuh rupa kamu, ga jauh beda sama orang gila yang
suka mangkal di lampu merah tau ga”.
“yeah…I know. Udah 2
hari ku ga mandi” jawab ku santai, seraya kembali ke posisi duduk ku semula
sembari membakar ujung rokok yang telah ku sematkan di bibir ku. “aku ingin
putus” tiba-tiba kalimat yang tak pernah terfikirkan sebelumnya itu keluar
lancar dari mulut ku.
“apa??!!” jawabnya
kaget.
“iya..kita putus”
“kenapa? Salah ku apa,
tiba-tiba kamu minta putus”
“ga.. kamu ga salah
apa-apa, Cuma udah bosen aja aku sama kamu”
“bosen!!!...tapi kita
baru pacaran dua bulan, ML aja belum pernah, sekarang kamu udah bilang bosen?”
“yah mau gimana lagi,
gitu keadaannya”
BBBUUUKKKKK
Kurasakan kepalan
tangan mendarat di muka ku, di susul dengan darah yang mengalir dari hidungku.
Tanpa berkata apa-apa Satya pergi meninggalkanku setelah memberikan sebuah
pukulan yang ku anggap sebagai kado perpisahan kami.
Tak dapat ku bendung
lagi, air mata ini menetes juga.
Maafkan aku Satya, aku
terpaksa melakukan ini padamu, lebih baik kamu meninggalkanku karena sikapku,
dibanding karena keadaanku sekarang yang
aku yakin tak kan sanggup kamu terima dan akhirnya kamu akan meninggalkan aku
juga.
HANCUR!!!!
Yah
…hancur, kata itulah yang dapat mewakilkan perasaan ku sekarang. Dunia terasa
berhenti berputar, langit jingga beralih kelabu dan impian ku lebur menjadi
abu. Hanya pahit yang dapat ku rasakan, kelu batinku tuk dapat menerima semua
kenyataan. Vonis yang ku dapatkan telah membuat semua impian indah akan masa
depan sirna seketika. Vonis yang ku dapatkan dari perbuatan masa laluku. Ingin
rasanya ku berteriak pada langit bahwa aku menyesal atas perbuatan masa lalu,
namun apa daya, semua tak berguna, semuanya telah terjadi dan tak mungkin
kembali. Dan kini aku harus kehilangan orang yang sangat aku cintai.
Aku
menangis sejadinya, merasakan sakit karena harus kehilangan mu, kehilangan
cinta yang telah ku nanti sekian lama. Ku menangis meratapi nasib yang kurasa
sangat tidak adil padaku, takdir yang telah merenggut kebahagiaanku yang ku
rasa begitu singkat, takdir yang telah menghancurkan semua impianku. Lama ku
terisak dalam tangis, membuat mataku perih dan pusing bertengger di kepalaku.
Ku angkat lemah badan ini, ku gerakan kaki menuju kamar mandi hanya untuk
membasuh muka agar pusing dapat sedikit pudar. Lama ku terdiam, kembali memikirkan
hal-hal yang terjadi padaku saat ini, dan aku hanya dapat menghela nafas
panjang mengingat ini semua sudah terjadi.
Belum sampai kakiku
menginjak di kamar ku, namun pintu itu sudah terbuka terlebih dahulu, segera ku
bergegas masuk, berdiri pria yang ku kenal, Satya dia kembali lagi. Dia berdiri
mematung memegang sebuah kertas, wajahnya pucat, ekspresinya lebih parah dibanding
saat aku putuskan tadi.
“mau apa balik lagi?
Masih belum puas memukulku?”
Dia hanya terdiam
menatap tajam wajahku, tangannya masih memegang kertas itu…jangan-jangan.
Seketika dia
menghampiriku, dan belum sempat ku berkata dia sedah memeluk tubuhku, memelukku
dengan erat, nafasnya tersenggal pertanda ia sedang menangis. “apa karena ini
sikap kamu berubah beberapa hari ini? Apa karena ini pula kamu tiba-tiba
membuang aku dari hidupmu.” Tanya nya bebisik di sela tangisannya. Aku tak
dapat berkata apa-apa, ini di luar dugaanku. “kalau kamu berpikir aku akan
meninggalkan mu karena ini, kamu salah ki. Kamu tahu cintaku ini teramat sangat
besar untukmu, tak ada satu hal pun yang dapat membuatku membencimu apalagi
sampai meninggalkanmu.”
Kalimat
terakhir yang Satya ucapkan berhasil murubuhkan dindingku, dinding yang sengaja
ku bangun agar aku sanggup meninggalkannya. Sekarang giliran aku yang
memeluknya dengan erat, sekuat tenanga aku mencengkram tubuhnya. Tangis ku
kembali pecah, kali ini lebih hebat, ku menangis sejadinya di pundak pangeran
ku ini.
“ I love you” bisi ku
di telinganya.
“ a lot of love for you
sweetheart” jawabnya.
“ aku mencintaimu lebih
dari apapun, aku ga akan ninggalin kamu, ga akan pernah” lanjutnya.
“tapi sat, aku sakit”
“denger yah, aku ga
perduli dengan apa yang terjadi sama kamu sekarang, qu telah berjuang untuk
mendapatkan cinta kamu, aku ga akan ngelepasin kamu dengan alasan
apapun…TITIK.”
“ tapi aku ga bias bahagiain
kamu sat, kamu tahu resikonya kan, qu ga mau bikin kamu tersiksa.”
“aku mencintai mu,
mencintai hati mu, mencintai tingkah laku mu, mencintai segala bagian tubuh mu,
cintaku bukan hanya pada pantat atau batang kemaluan mu saja, aku mencintai
hidup mu”
“tapi sat…” belum
sempat kalimat ku selesai, bibirnya telah menyentuh bibir ku.
“ aku ga mau denger
kata tapi lagi, cintaku ini sungguh untukmu, begitu pula hidupku.”
Mendengar kalimat
terakhir yang terucap dari bibir indah itu aku tak sanggup berka-kata lagi.
Perasaan ini tak dapat ku ucapakan, bahkan tak dapat ku lukiskan. Yang aku tahu
lorong gelap ini perlahan mendekati pintu terang, pintu yang akan membawaku
pada gerbang kebahagiaan.
Hari demi hari kulalui
dengan kebahaggiaan bersama pangeranku, semua terasa indah, tak ada lagi kabut
gelap menyelimuti batinku, hanya cahaya terang yang senantiasa menyinari relung
jiwaku. Semuanya begitu sempurna.
Namun
bukanlah hidup bila semuanya terjadi sesuai kehendak manusia. Tuhan selalu
mempunyai rencana lain disetiap rencananya, kebahagian dibalik kepedihan dan
begitu pula sebaiknya.
“ satya pasti suka
dengan kadoku ini” yah, hari ini adalah hari jadi cinta kami. Sengaja aku
menjauhinya selama seminggu untuk memberikan sedikit kejutan. Untuk hadiah aku
membeli sebuah jacket dengan merek
favoritnya, tentunya dengan design yang pasti dia sukai. Aku hafal betul apa
yang dia suka dan tidak. Kebetulan hari ini dia libur pasti dia ada dikosan,
dan sengaja pula aku izin bolos untuk mempersiapkan ini semua. Setelah semua
kejutan selesai dipersiapkan segera aku menuju kosannya, tak butuh waktu lama
untuk tiba di sebuah rama yang dirubah menjadi kost-koostan oleh pemiliknya
karena tidak terpakai. Segera aku menuju kamar Satya, pintunya sedikit terbuka,
ah benar saja fikirku pasti dia ada dikosan. Namun belum sempat aku membuka
pintu, sepintas dapat kulihat ada orang lain di kamar itu, lemas seluruh badan
ku melihat tamu itu tanpa baju dan celana, begitu juga dengan Satya. Darah
panas segera mengalir ke otakku, amarahku
meledak sektika, aku banting pintu kamar itu. Kaget mereka dengan
kedatanganku.
“owh…jadi ini perbuatan
mu di belakangku…tega banget kamu ngelakuin ini semua sama aku !!!” caci maki
mulai muntah dari mulutku. Satya hanya bisa terdiam, berusaha mengumpulkan
nyawa yang telah kabur saat ku kagetkan tadi. “siapa lagi ini?berani banget ml
sama pacar gue, pergi!!!.” karena ketakutan anak itupun segera pergi setelah
memakai pakaian seadanya. Rupanya nyawa Satya telah berkumpul, masih dalam
keadaan tanpa busana dengan batang yang mengelantung dia coba menenangkanku.
“tenang ki, semuanya
bisa aku jelasin”
“jelasin??!!ga perlu!!
Mataku sudah cukup mendapat penjelasan dari semua ini. Aku emang bodoh, udah
percaya sama kamu. Seharusnya aku tahu ga ada satu pun lelaki yang bisa tahan
tanpa sex. Aku emang kotor, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya kaya gini.
Udah cukup penderitaanku dengan status ODHA(Orang Dengan HIV-AIDS) menempel di
badanku. Ga perlu lagi kamu tambah dengan penghianatan hina ini.”
Segera
aku berlari menjauh dari setan itu, namun belum sampai kaki ini melewati pintu,
dia sudah meraih tanganku, ditariknya badan ini kedalam pelukannya. Aku
berusaha berontak, aku mendorong tubuhnya dengan sisa tenaga yang aku punya,
tubuhnya menjauh mendekati dinding. Sesaat kemudian dia tidak beranjak,
wajahnya meringis seprti kesakitan, matanya memerah. Perlahan aku melihat
cairan menetes dibalik telinganya, cairan itu berwarna merah, cairan itu darah.
Tuhan apa yang telah terjadi, ada apa ini, kenapa darah mengucur dari
kepalanya, apa dia terbentur begitu keras hinggga berdarah…ASTAGA…ada apa ini
Tuhan. Sibuk dengan pertanyaan di dalam kagetku, tak kusadari mata Satya telah
tertutup untuk selamanya, dia telah menghirup nafas terakhirnya. Pangeranku
kini telah tiada.
#end
flashback
“AKU MENCINTAIMU DENGAN
SELURUH HIDUPKU”
Itulah kalimat terakhir
yang Satya ucapkan sebelum malaikat selesai memberikan siksaan sakaratul maut.
“ayo. Waktu kamu sudah hampir
habis.” Suara berat milik lelaki paruh baya membangunkan lamunanku. Lelaki itu
memakai seragam kepolisian, dia adalah petugas yang diberi mandat untuk
mengawalku ke makan ini. Setelah kejadian itu aku masuk penjara. Aku di limpahi
hukuman 2.5 tahun kurungan. Tahun ini
aku mendapat remisi, tapi remisi itu ga aku pakai untuk mengurangi masa
tahanan, tapi aku tukar dengan waktu agar aku dapat berziarah ke makam Satya. Benciku
hilang setelah anak yang waktu itu kepergok sedang main badan dengan Satya meminta
maaf. Dia meminta maaf karena telah memaksa Satya untuk bercinta, walaupun
Satya tidak pernah ingin melakukannya. Ah sayang, andai saja waktu itu aku lebih
mempercayaimu mendengar penjelasanmu mungkin ini semua tak kan terjadi. Tapi apa
mau dikata, semua sudah terjadi. Dan tak mungkin kembali.
“baik Pak” aku menjawab
lemas. Aku akan kembali kerumah penebusan dosaku di dunia, sembari menunggu
waktu penebusan dosa di akhirat tiba.
Tunggulah aku sayang
AKU SELALU MENCINTAIMU.